Sabtu, 24 Maret 2012

Keindahan Dana Tobaa


 Gambar-Gambar Keindahan Halaman kampung saya dan bagaimana letusan gunung toba mengubah kehidupan bumi

                                              Sudah banyak ahli menulis tentang terjadinya Danau Toba. Tapi baru ini yang membuat teori bahwa Danau Toba telah merubah perilaku manusia di atas bumi secara global. Menurut teori ini, letusan yang mengakibatkan terjadinya Danau Tobalah yang membuat manusia menjadi lebih baik dan pintar. Betulkah?                                                                                                                                                                                                          


Tumpal Sinaga menuliskan alasannya untuk anda.

Pada suatu ketika sebuah letusan gunung berapi hampir membunuh semua orang. Sebuah pikiran yang radikal dan menyeramkan tetapi ada alasan untuk percaya itu mungkin benar.
Bencana itu terjadi sekitar 74.000 tahun yang lalu di pulau Sumatera. Tanda-tanda kejadian itu tampak sangat jelas saat ini: sebuah danau bernama Toba dengan sisi terpanjang sekitar 60 mil (100 kilometer). Baru pada tahun 1929 seorang geolog Belanda mengakui bahwa danau itu adalah sebuah kaldera.


 

Kaldera pada hakikatnya adalah sebuah lubang besar di Bumi di mana bagian permukaannya telah runtuh akibat letusan gunung berapi yang dashyat. Sebagai contoh adalah bagian tengah Yellowstone National Park yang berukuran 35 kali 45 mil (60 kali 70 kilometer).
Letusan-letusan yang meninggalkan kaldera-kaldera yang demikian besar tidak sering terjadi (Toba mungkin adalah siklus 400.000 tahunan atau paling tidak sekitar 100.000 tahunan), tetapi ketika itu terjadi, efek-efeknya bersifat global. Toba nampaknya telah menyemburkan sekitar 670 mil kubik (2.790 kilometer kubik) material, setara dengan 560 kali jumlah yang dihasilkan letusan Gunung Pinatubo tahun 1991. Abu dan gas dari Toba mencapai 30 mil (50 kilometer) ke lapisan stratosfir dan menyelimuti seluruh planet.


Sebuah letusan yang dashyat menimbulkan efek-efek ganda pada lapisan biosfir. Sulfur dioksida bercampur dengan air akan membentuk partikel-partikel asam sulfat yang beterbangan, memantulkan dan menyerap sinar matahari. Permukaan planet menjadi dingin, stratosfir memanas dan fotosintesa berkurang.
Akibat-akibat yang segera timbul sama rusaknya. Bill Rose, seorang ahli gunung berapi pada Michigan Tech University, secara khusus tertarik pada abu halus yang diproduksi gunung-gunung berapi. Hujan partikel abu dari langit begitu kecilnya sehingga mereka bisa masuk ke tenggorokan binatang. ”Itu seperti sedang merokok,” katanya.






”Burung burung mati lebih dulu,” kata Rose. ”Bulu bulu mereka akan dipenuhi abu dan tidak bisa bergerak. Kemudian binatang yang lebih besar akan mulai mati.”
Banyak juga manusia yang mati, kata Stanley H. Ambrose dari University of Illionois at Urbana-Champaign. Malahan, berbagai studi mengenai mitokondria DNA pada manusia menunjuk pada kemungkinan terhambatnya keanekaragaam genetik terjadi kira pada saat yang sama dengan letusan Toba, meskipun memang tidak mungkin untuk membuktikan kaitan itu.

Akan tetapi meskipun demikian, Ambrose percaya bahwa perilaku manusia menunjukkan perubahan setelah Toba. Sebelum terjadinya letusan itu, sulit mendapatkan bukti kalau manusia sudah melakukan jaringan kerja jarak jauh. Setelah itu, manusia di Kenya, sekitar 4.000 mil (6.400 kilometer) dari Toba, kelihatan sudah bepergian sejauh 200 mil (300 kilometer) membawa barang barang terbuat dari batu yang diperhalus. Teori Ambrose adalah bahwa manusia yang mau belajar bekerja sama dan mau memberi hadiah akan lebih mampu bertahan dari krisis lainnya ketimbang mereka yang hidup dalam kelompok yang terisolasi dan tidak mau mempraktekkan sikap saling memberi dan berkorban bagi kebahagiaan orang lain.
Jadi bisa dikatakan memberi hadiah akan menyelamatkan dunia, sebuah penutup yang memberi harapan dari kisah tentang bencana ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar